MAKALAH
BHUDISME
Keyakinan Terhadap
Kitab Suci (Tripitaka):
Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas matakuliah Bhudisme
Dosen Pembimbing :
Hj.Siti Nadroh, M.Ag
Di susun oleh :
Ahmad Syafiq
( 1111032100007 )
FAKULTAS USHULUDDIN
PERBANDINGAN AGAMA
UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
Pengertian Tripitaka-Mahayana
adalah Tripitaka Mahayana dengan 12 (duabelas) bagiannya
(Dvadasange-Dharmapravacanani) yang berdasarkan naskah-naskah bahasa
Sansekerta. Kita sudah tidak dapat menemukan naskah-naskah aslinya itu dalam
keadaan utuh baik di India dan Nepal sebagai asal agama Buddha maupun di
Indonesia dan Tiongkok sebagai tempat pengembangan agama Buddha Mahayana.
Tipitaka Mahayana edisi bahasa Mandarin mencakup ajaran Shakyamuni Buddha
bagian Hinayana dan Mahayana juga Tantrayana, termasuk juga Sutra dan Sastra
yang ada pada Aliran atau Sekte Sarvastivada, Dharmagupta, Mahisasaka, dan
sebagainya yang ada di Tiongkok.
Tripitaka
Mahayana (bahasa sangsekerta) yang mencakup Tipitaka Hinayana (bahasa Pali)
yang berarti 3 (tri) keranjang besar (pitaka) terdiri dari 1. Vinaya Pitaka, 2.
Sutra-Pitaka, 3. Abhidharma-Pitaka
1.Vinaya Pitaka
Vinaya
Pitaka: isinya adalah terutama terdiri dari peraturan-peraturan yang mengatur
kehidupan tentang agama Buddha Sangha atau persaudaraan bhiksu (juga terdiri
dari cerita-cerita yang berhubungan dengan berdirinya agama Buddha-Sangha, dan
peraturan-peraturan yang mengatur kehidupannya)
Skema
umum mengenai isi Vinaya-Pitaka adalah:
1.
Bagian yang berhubungan
dengan Pratimoksa (Skt)/patimokha (PI) yaitu peraturan-peraturan untuk para
bhiksu/bhikku dinamakan bagian bhiksu (bhiksu/vibhanga-Skt;
bhikku-vibhanga-PI).
2.
Bagian yang sama untuk para
bhiksuni/bhikuni.
3.
Suatu bagian dinamakan
‘kelompok’ (khandhaka), tiap-tiap kelompok berhubungan dengan suatu aspek kuhsu
mengenai kehidupan dari Sangha; seperti pentahbisan, upasattha, memenuhi
ketentuan-ketentuan berhubungan dengan pakaian, jubah, obat-obatan, makanan,
tempat tinggal, pengobatan, dan seterusnya.
2.Sutra Pitaka
Sutra
Pitaka: Sutra (Skt; Sutta-PI) arti sebenarnya benang. Benang adalah tali halus
yang dipintal dari kapas atau sutera, yang gunanya untuk menjahit atau
merangkai sesuatu. Setiap khotbah Hyang Buddha seperti kata-kata
yang dirangkai menjadi satu dengan indah dan satu sama lain tidak dapat
dipisahkan, tidak acak-acakan serta tidak saling bertentangan, oleh sebab itu
Khotbah Hyang Buddha disebut Sutra. Sutra-sutra itu dikumpulkan dan disusun
menjadi satu disebut Sutra-Pitaka.
3.Abhidharma Pitaka
Abhidharma
Pitaka: Abhidharma (Skt; Abhidhamma PI) adalah susunan ceramah dan perkembangan
logika tentang Dharma dari ajaran Hyang Buddha, membahas filsafat dan
metafisika, juga sastra, memberikan definisi kata-kata Buddha Dharma, dan
penjelasan terperinci mengenai filsafat dengan sistematis, memantapkan suatu
metode mengenai latihan spiritual, oleh para sesepuh dari aliran atau sekte
pada waktu itu, kumpulan dari kitab Abhidharma dinamakan Abhidharma-Pitaka.
4.Tripitaka.Mahayana yang pernah
ada dan telah dicetak
Trpitaka-Mahayana
yang pernah ada dan telah dicetak di Tiongkok, Jepang, Korea, Tiber. Terjemah
bahasa Mandarin;
1. Tripitaka yang pertama kali dikumpulkan selama periode dynasti
Utara dan Selatan pada tahun 317-589. Tiongkok Utara, Raja Hsiao-Ming Ti (tahun
515-528) dari dynasti Wei bagian Utara, bagian Selatan Raja Ming Ti (tahun
494-498) dari dynasti Ch’I dan raja Wu-Ti (557-559), Wen-Ti (559-566), dan
Hsuan-Ti (tahun 568-582).
2. Kaisar Sui yang pertama ,wen Ti (581-604)membuat 46(empatpuluh
enam) salinan tripitaka dan dia telah memerintahkan untuk disimpan di
tempat-tempat suci di dalam vihara di berbagai propinsi.
Tripitaka
tersebut mencakup sutra-sutra yang telah diterjemahkan oleh Hsuan-Tsang(tahun
596-664)disimpan di vihara chin-Ai-Ssu di loyang dan Hssi-Ming-Ssu di chang-an.
3. Ch’u-san-Tsang Chi-Chik diSingkat Seng Yu-Lu (Seng-Yu’s
Catalogue) 15 jilid, mencatat 1.306 naskah dalam 1.570 Jilid, disusun antara
tahun 510-518 oleh Seng-Yu; oldest extant catalogue; Collection the Tripitaka.
4. Ta-Tsang-cing (Great Storehouse Secriptures) atau I-Ch’ieh Cing
(Complete Scripture), awal dynasti T’ang (618-907), berbagai pengadilan negeri
Tiongkok mengakui dan mengesahkan kumpulan sejumlah Tripitaka ini. Pernah
terjadi bahwa beberapa sutra yang dihasilkan di tiongkok yang pernah dimasukkan
ke dalam satu Tripitaka dihilangkan dari pengumpulan berikutnya. Inilah alasannya
bahwa naskah Hsin-Hsing (540-594), pendiri Sekte San-Chen-Chiao (the
Three-Stages) dan Biografi dari Pao-Lin ch’uan (the Treasure Forest) yang
mencatat sejarah Zen Buddhisme, dapat ditemukan dalam sebagian Tripitaka tetapi
tidak pada semuanya.
5. Shu-Pan Ta-Tsang-Cing mencatat 5.586 jilid, disiapkan dan
dicetak tahun 971-983; Shu Edition of Tripitaka, juga dinamakan Sung
Governmental Edition (Sung-Kuan-Pan). Trpitaka ini yang lengkap untuk pertama
kali dicetak di Tiongkok, dinamakan Shu-Pan atau Shu Edition yang berjumlah
5.586 jilid itu: 5.048 jilid tercatat di dalam tahun 730. K’ai-Yuan
Shih-Chiao-Lu (K’ai-Yuan Era Buddhist Catalogue), 279 jilid dari terjemahan
baru yang diselesaikan selama dynasti Sung, dan 259 jilid dari terjemahan baru
yang diselesaikan selama dynasti Sung, dan 259 jilid dari terjemahan baru yang
diselesaikan selama dynasti Sung yang tidak terdapat di dalam K’ai-Yuan
Shih-Chiao-Lu.
6. Ta-Ming San-Tsang Sheng-Chiao Mu-Lu disingkat Pei-Tsang Mu-Lu;
Ming Dynasty Catalogue of the Tripitaka, terjemahan ke dalam bahasa Inggris
oleh Nanjio Bunyiu as A catalogue of the Chinese Translation of Buddhist
Tripitaka.
7. Leng-Yen-Ssu-Pan mencatat 1.655 naskah, disiapkan dan dicetak
tahun 1586-1620; Leng-Yen Temple Edition of Tripitaka, umum dinamakan Wen-Li
Edition (Wan-Li-Pan Ta-Tsang-Ching). Ming dynasti edition.
8. Nan-Tsang mencatat 1.612 naskah, diterbitkan tahun 1372-1403 di
Nan-King; Southern Ming Dynasty Edition of the Tripitaka.
9. Pei-Tsang mencatat 1.615 naskah, diterbitkan tahun 1420-1440 di peking;
Northern Ming Dynasty Edition of the Tripitaka.
10. Ta-P’u-Ning-Ssu-Pan mencatat 1.422 naskah di dalam 6.010 jilid,
disiapkan dan dicetak tahun 1278-1294; Ta-P’u-Ning Temple Edition of Tripitaka,
juga dinamakan Yuan Edition (Yuan-Pan Ta-Tsang-Cing).
11. Chin-Pan Ta-Tsang-Ching sejumlah naskah dan jilid tercatat tidak
menentu, disiapkan dan dicetak 1149-1173; Chin-Dynasty Edition of the
Tripitaka.
12. Chi-sha Yen-Sheng-Yuan-Pan mencatat 1.532 naskah di dalam 6.362
jilid, disiapkan dan dicetak tahun 1231-1322; a Southern Sung Dynasty Edition
of the Trpitaka.
13. Ch’i-Tan Ta-Tsang-Cing. Khitan (Liao) Dynasty Edition of the
Tripitaka. Tiongkok bagian utara-Dynasty Liao (tahun 947-1125) didirikan oleh
Khitan Mongol.
14. K’ai-Yuan Shih-Chiau-Lu disingkat K’ai-Yuan-Lu atau Chih
Sheng-Lu (Chih-Sheng’s Catalogue), 20 Jilid, mencatat 1.076 naskah di dalam
5.048 jilid, disusun oleh Chih-Sheng tahun 730; K’ai-Yuan
15. K’ai-Yuan Ssu-Pan, mencatat 1.429 naskah didalam 6.117jilid
disiapkan dan dicetak tahun 1112-1148; K’ai-Yuan Temple Edition of the
Tripitaka, juga dinamakan the Fu-Chou K’ai-Yuan Temple Edition (Fu-Chou
K’ai-Yuan Temple Edition (Fu-Chou K’ai-Yuan-Ssu-Pan).
16. Ssu-Ch’I Fa-Pao-Ssu-Pan mencatat 1.459 naskah di dalam 5.740
jilid disiapkan dan dicetak tahun 1237-1252; Ssu-Ch’I Fa-Pao Temple Edition, a
Southern Sung-dynasty Edition of the Tripitaka.
17. Ssu-Ch’I Yuan-Chueh-Yuan-Pan mencatat 1.433 naskah di dalam
5.824 jilid, disiapkan dan dicetak tahun1132-? Ssu-Ch’i Yuan-Chuech-Yuan
Edition, a Southern Sung-dynasty edition of the Tripitaka.
18. Obaku-ban Dzakoyo mencatat 6.771 jilid, diterbitkan tahun
1669-1681 oleh Tetsugen; Obaku Edition of the Tripitaka, juga dinamakan of the
Tripitaka.
19. Kan-ei-ji-ban mencatat 1.453 naskah di dalam 6.323 Jilid,
disiapkan dan dicetak tahun 1637-1648 oleh Tengkai; Kan’ei-ji Temple Edition of
the Tripitaka, juga dinamakan Tenkai Edition.
20. Dai Nippon Kotei Daizokyo: Great Japan Revised Canon, disingkat
Shukusatsu-zokyo (Small-Type Canon), 418 volume, mencatat 1.916 naskah di dalam
8.534 jilid, diterbitkan tahun 1880-1885 oleh Shimada Mitsune and Fukuda Gyokai
et al; in Eropa and America known as Tokyo Edition.
21. Dai Nippon Zoku Zokyo (Great Japan Revised Tripitaka) disingkat
Maji-zokyo (Fylfot-Letter Tripitaka), 347 volume, mencatat 1.625 naskah di
dalam 7.082 jilid, diterbitkan tahun 1902-1905 oleh Hamada Chikuha and Yoneda Mujo
et al.
22. Dai Nippon Zoku Zokyo (Great Japan Supplementary Tripitaka), 750
volume, mencatat 1.750 naskah di dalam 7.140 jilid, diterbitkan tahun 1905-1912
oleh Maeda Eun and Nakano Tatsue et ai.
23. Haeinsa-pan (korean), Haein Temple Edition, biasanya dinamakan
the Koryo Edition of the Tripitaka, juga dinamakan Tripitaka-Koreana.
24. Nanjio Catalogue of the tripitaka lihat Ta-Ming San-Tsang
Sheng-Chiao Mu-Lu.
25. Tripitaka-Mahayana terbitan Taiwan lebih dari 85 jilid.
26. Tripitaka-Mahayana terjemahan bahasa inggris oleh Sino American
Buddhist Association- San Fransisco dalam perampungan untuk diterbitkan dibawah
pimpinan Tripitaka Master Hua.
27. Taisho-Shinshu-daizokyo, edisi Takakusu and Watanabe. Tokyo,
1922-1933.
5.Dvadasanga Dharmapravacanani
Umat Buddha
berkeyakinan dan mempercayai sepenuhnya bahwa setiap khotbah Hyang Buddha
merupakan kata-kata yang tersusun begitu indah dan bermakna serta mempunyai
arti yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain, rangkaian
kata-kata itu adalah sutra. Semua kata-kata atau ucapan Hyang Buddha dapat
dianggap Sutra, sutra-sutra yang dikumpulkan dan disusun menjadi satu dinamakan
sutra-pitaka. Sutra pitaka merupakan salah satu bagian pitaka dan Tripitaka.
Menurut Agama
Buddha aliran Mahayana bahwa ajaran Hyang Buddha yang tersusun dalam Sutra
Pitaka dapat dibagi menjadi 12 bagian sutra atau 12 bagian ucapan Hyang Buddha
dalam bahasa Sansekerta disebut Dvadasanga Dharmapravacanani.
Dvadasanga-Dharmapravacanani
itu didasarkan pada gaya bahasa (3 jenis gaya bahasa) dan sisi perkataan atau
ucapan yang dikhotbahkan oleh Buddha Shakyamuni (9 jenis isi Dharma).
1.Sutra :rangkaian kata-kata atau
khotbah atau ajaran Buddha Shakyamuni dengan gaya bahasa prosa.
(lihat penjelasan lebih lanjut
pada sutra hati).
2.Geya :ialah gaya bahasa campuran prosa dan
puisi/sajak. Buddha Shakyamuni dalam membabarkan
Dharma mula-mula dengan gaya bahasa prosa,
kemudian diulang lagi dengan puisi atau sajak.
3.Gatha :ialah ajaran Buddha
Shakyamuni yang diucapkan dengan sajak (Dharmapada, There Ghata,
Their Ghata, dsb.), puisi; stanzan; sloka.
4.Nidana:berarti sebab; sumber:
asal-mula; berhubungan dengan; terjadi dikarenakan; berasal dari.
Setiap sutra
biasanya dimulai dengan kata pengantar umum dan kata pengantar khusus. Yang
dimaksud dengan
kata pengantar umum: Evan Maya Srutam (demikianlah yang aku dengar,
“aku” di sini dimaksudkan Ananda), dengan kata pengantar khusus adalah
penjelasan mengenai sebab-sebab terjadinya kkhotbah itu, contoh: karena ada
yang bertanya maka Buddha Shakyamuni memberi penjelasan atas pertanyaan tersebut
berupa pembabaran Dharma atau karena ada siswa Hyang Buddha yang melanggar sopan-santunatau
asas-asas moral sehingga Hyang Buddha mengucapkan suatu ketentuan atau
peraturan yang kemudian disebut Vinaya. Oleh karena itu, segala ajaran atau
ucapan Hyang Buddha yang telah diucapkan karena adanya sesuatu sebab
digolongkan dalam jenis Nidana Sutra.
5.Itivrttaka :Vrttaka berarti
yang telah dikatakan; ucapan. Itivrttaka berarti demikian telah dikatakan. Itivrttaka Sutra ialah:
a. Sutra-sutra
yang dianggap berasal dari ucapan Hyang Buddha yang dimulai dengan perkataan:
“demikian telah dikatakan oleh Hyang Buddha”, yaitu sutra-sutra yang terdapat
dalam Khuddaka-nikaya, yang dimulai dengan “vuttang h’etang Bhagavata…..”
b. Sutra-sutra
yang mengandung cerita kata-katanya diucapkan Hyang Buddha tentang
perbuatan-perbuatan dan pengalaman pada masa kehidupan yang lampau dari siswa
Beliau yang telah menjadi: Bhodisattva atau Arhat dan lain-lainnya.
6.Jataka : a. Cerita tentang
kelahiran Hyang Buddha pada masa kehidupan lampau ketika masih menjadi
orang
arif-bijaksana.
b. Cerita yang
diceritakan oleh Hyang Buddha tentang kebajikan Beliau pada masa kehidupan
lampau ketika menjadi Bodhisattva.
7.Adbhuta-Dharma: ialah
sutra-sutra yang menceritakan tentang kekuatan gaib yang menakjubkan yang
diperlihatkan
oleh para Buddha dan Bodhisattva.
(Adbhutta
berarti gaib; Adbhuta-Dharma berarti hal-hal yang gaib, sesuatu yang ajaib).
8.Avadana : ialah jenis sutra
yang mengandung cerita-cerita, parable (cerita amsal) atau perumpamaan
untuk
menjelaskan arti dan makna ajaran Hyang Buddha. (Avedana: parable; perumpamaan;
kiasan; cerita; legenda; sejarah; kehidupan).
9.Upadesa : berarti petunjuk atau
advis.
Upadesa
sutra ialah yang berisi ulasan dan diskusi dengan tanya jawab.
10.Udana: ialah sutra yang berisi
ucapan Hyang Buddha secara sukarela tanpa ditanya; ajaran Hyang Buddha yang
disampaikan tanpa ditanya. Pada umumnya ajaran itu disampaikan dengan
Tipitaka adalah kumpulan ajaran
Buddha selama 45 tahun dalam bahasa pali. Terdiri dari sutta-duktrin umum,
Vinaya-kode disiplin, dan Abhidhama-psokologi mutlak.
Tipitaka dihimpun dan disusun
dalam bentuknya seperti saat ini oleh para Arahanta yang memiliki kontak
langsung dengan sang Guru sendiri.
Buddha telah wafat, namun Dhamma
luhur yang ia wariskan secara terbuka kepada manusia tetap hidup dalam
kemurniannya. Walaupun Sang Guru tidak meninggalkan catatan tertulis tentang
ajaran-Nya, para siswa terkemuka-Nya melestarikan melestarikannya dengan apa
adanya secara ingatan dan menurunkannya secara oral dari generasi ke generasi.
Segera setelah Buddha wafat, lima
ratus Arahanta terkemuka mengadakan suatu sidang yang dikenal sebagai sidang
Buddha pertama untuk menyusun kembali doktrin yang diajarkan Buddha Yang Ariya
Ananda, pendamping setia buddha yang berkesempatan khusus mendengarkan semua
ceramah yang pernah dibabarkan Buddha, menuturkan Dhamma, sementara Yang Ariya
Upali menuturkan Vinaya, aturan disiplin Sangha.
Seratus tahun setelah Sidang
Buddhis Pertama, pada masa Raja Kalasoka, sebagian murid memandang perlu untuk mengubah
beberapa aturan kecil. Bhikkhu yang ortodoks berkata bahwa tidak ada yang perlu
diubah, sementara yang lain bersikeras untuk memodifikasi beberapa aturan
disiplin. Akhirnya, tumbuhlah tradisi yang berbeda-beda setelah sidang ini.
Dalam sidang Buddha Kedua, hanya hal-hal yang menyangkut Vinaya yang dibahas
dan tidak ada kontroversi yang dilaporkan dalam hal Dhamma.
Pada abad ke-3 SM, semasa Kaisar
Asoka, Sidang Buddhis ketiga diselenggarakan untuk membahas perbedaan-perbedaan
pendapat yang dianut oleh komunitas Sangha. Dalam sidang ini perbedaan itu
tidak dibatasi pada Vinaya, tetapi juga menyangkut Dhamma pada akhir sidang
ini, Ketua Sidang, Bhikkhu Moggaliputa Tissa, menyusun sebuah buku yang disebut
Kathavatthu yang menolak pandangan dan teori yang keliru dan menyimpang yang
dianut sebagian murid. Ajaran itu disapakati dan diterima oleh sidang ini yang
dikenal sebagai Theravada atau “Jalan para sesepuh” Abhidhamma pitaka dibahas
dan dimasukkan di sidang ini. Sidang Bhuddis Keempat diadakan di Sri Langka
pada tahun 80 SM di bawah perlindungan Raja Vattagamini Abbaya yang bijak. Pada
masa ini di Sri Langka, Tipitaka untuk pertama kalinya dituliskan.
Harus ditekankan bahwa sementara
penulisan berlanjut, tradisi dasar secara oral tetap dipertahankan. Setiap
aspek ajaran dipertahankan dan dijunjung tinggi dalam inagatan daripada dalam
catatan tertulis. Itulah sebabnya para sisiwa dikenal sebagai pendengar,
Savaka. Dengan mendaras dan mendengarkan, mereka mempertahankan ajaran dalam
tardisi oral selama lebih dari 2.500 tahun.
Tipitaka terdiri dari tiga bagian
ajaran Buddha. Bagian itu adalah disiplin (Vinaya Pitaka), ceramah (Sutta
Pitaka), dan Doktrin Mutlak (Abhidhamma Pitaka).
Vinaya Pitaka terutama berkaitan
dengan aturan tatatertib bhikkhu dan bhikkhuni. Di sini digambarkan secara
rinci perkembangan bertahap sistem pengajaran Buddha. Secara tidak langsung
Vinaya Pitaka mengungkapkan beberapa informasi bermanfaat mengenai sejarah masa
lampau, adat india, seni, ilmu pengetahuan, dan lain-lain.
Selama hapir duapuluh tahun sejak
pencerahan-Nya, Buddha tidak menetapkan aturan untuk mengatur sangha. Pada
kemudian hari, dengan terjadinya beberapa peristiwa dan bertambahnya jumlah
pengikut, Buddha mengumumkan aturan untuk disiplin masa depan Sangha.
Pitaka ini terdiri dari lima
kitab:
Parajika (Pelanggaran Berat)
Pacittiya (Pelanggaran Ringan)
Mahavagga (Kelompok Besar)
Cilavagga (Kelompok Kecil)
Parivara (Ikhtisar Aturan)
Sutta pitaka
Sutta pitaka terdiri dari
ceramah-ceramah utama yang diberikan oleh Buddha sendiri dalam berbagai
peristiwa. Ada juga beberapa ceramah yang disampaikan oleh murid-murid-Nya yang
terkemuka, seperti Sariputta, Ananda, Maha Moggallana termasuk beberapa bhikkuni
terkemuka seperti khema, Uttara Visakha, dan lain-lain. Kitab ini seperti buku
resep, karena wacana didalamnya menjelaskan secara terperinci dan menyesuaikan
dengan berbagai kejadian dan perangai berbagai orang yang berbeda-beda. Mungkin
ada pernyataan-pernyataan yang tampaknya bertentangan, namun hal ini sebaiknya
tidak disalah artikan karena hal ini dikatakan secara tepat oleh Buddha untuk
menyesuaikan dengan maksud tertentu. Karena itu, moral, etika disiplin, tugas,
tanggung jawab, kewajiban, dan kualitas manusia dapat ditemukan semua dalam
Sutta Pitaka.
Kitab ini dibagi menjadi lima
Nikaya atau kumpulan, yaitu:
Digha Nikaya (Kumpulan Panjang)
Majjhima Nikaya (Kumpulan Sedang)
Samyutta Nikaya (Kumpulan Ujaran
Setara)
Anguttara Nikaya (Kumpulan Ujaran
Berurutan)
Khuddaka Nikaya (Kumpulan Naskah
Kecil)
Kumpulan yang kelima dibagi lagi
menjadi 15 risalat:
Khuddaka Patha (Naskah Pendek)
Dhammapada (Syair Kebenaran)
Udana (Ungkapan Sukacita)
Itivuttaka (Demikian Ynag
Dikatakan)
Sutta Nipata (Himpunan Ceramah)
Vimana Vatthu (Cerita Kediaman
Surgawi)
Peta Vatthu (Cerita Hantu
Menderita)
Theragatha (Ayat Para Thera)
Theirgatha (Ayat Para Theri)
Jataka (Kisah Kisah Kelahiran)
Niddesa (Penjelasan Terperinci)
Patisambhidamagga (Jalan
Analitis)
Apadana (Kisah Riwayat)
Buddhavanisa (Wangsa Para Buddha)
Cariya Pitaka (Himpunan Perilaku)
Abhidhamma Pitaka
Abhidhamma, bagi para pemikir
mendalam, adalah kumpulan kitab yang paling penting dan menarik, karena
mengandung filosofi dan psikologi mendalam dari ajaran Buddha, lain dari wacana
sederhana dan gamblang dalam Sutta Pitaka.
Dalam Sutta Pitaka kita sering
menjumpai istilah konvensional semacam individu, makhluk, dan sebagainya,
tetapi dalam Abhidhamma, kita menjumpai istilah khusus, seperti gugus, pikiran,
bentukan, dan sejenisnya.
Dalam Sutta Pitaka ditemukan
Vohara Desana (Ajaran Konvensional), sedangkan dalam Abhidhamma ditemukan
Paramattha Desana (Ajaran Mutlak). Dalam Abhidhamma segala sesuatu dianalisis
dan dijelaskan secara rinci, dan hal demikian disebut Doktrin Analitis
(Vibhajja Vada). Empat kemutlakan (paramatha) diuraikan satu persatu dalam
Abhidamma. Keempat hal itu adalah Citta (Kesadaran) Cetasika (Faktor Pikiran),
Rupa (bentuk), dan Nibbana (pemadaman).
Apa yang dimaksud dengan
“makhluk” dianalisis secara mikrosopis dan unsur-unsurnya digambarkan
terperinci. Akhirnya tujuan utama dan metode untuk mencapainya dijelaskan
dengan segala perincian yang diperlukan.
Ajaran
agama Buddha bersumber pada kitab Tripitaka merupakan kumpulan khotbah,
keterangan, perumpamaan, dan percakapan yang pernah dilakukan Sang Buddha dengan
para siswa dan pengikutnya. Dengan demikian, isi kitab tersebut semuanya tidak
berasal dari kata-kata Shang Buddha sendiri, melainkan juga kata-kata dan
komentar-komentar dari para siswanya. Oleh para siswanya sumber ajaran tersebut
dipilih menjadi tiga kelompok besar, yang dikenal dengan pitaka atau
keranjang, yaitu Vinaya Pitaka, Suttra Pitaka dan Abhidarma Pitaka.
Daftar Pustaka
1.
Agama-Agama Dunia. Mukti
Ali (pengantar),
2.
Budha Dharma Mahayana
3.
Kebahagiaan dalam Dahamma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar