Selasa, 28 Mei 2013

Buddhuiseme Zen dan Ajaran-Ajaranya



I. PENDAHULAN

            India adalah tempat kelahiran agama Budha namun seiring perubahan zaman Budhisme yang ada di India mulai hilang, karena desakan Hinduisme. Akan tetapi sebelum diserap kembali oleh Hinduisme, Budhisme memisahkan pengarunya, Mahayana adalah salah satu Madzhab budha yang berhasil dibawa ke Cina pada masa yang awal sekali, walaupun secara tradisional diceritakan bahwa agama Budha mulai dikenal di Cina pada masa pemerintahan Kaisar Ming (58-75M), yang melihat Budha dalam sebuah Mimpi, lalu mengirim utusannya ke India untuk menyelidiki ajaran tersebut. Para utusannya kembali dengan sejumlah Kitab dan benda-benda suci, juga dua orang biksu untuk menerjemahkan kitab-kitab sutra. Pada abad-abad berikutnya barulah berkembang dengan luar biasa, meski perkembangannya yang pesat itu disokong oleh para kaisar, ada juga periode-periode tertentu ketika agama Budha ditindas dan banyak wihara, kitab dan karya seni dihancurkan. Di Tiongkok (China) madzhab Mahayana berbenturan dengan Taoism dari Lao Tze (604-531 SM) dan dengan Cofucianism dari Kong Fu Tze (551-479) dan di Jepang berbenturan dengan Shintoism, dan perbenturan itu menimbulkan saling-pengaruh di dalam sejarah perkembangan aliran-aliran Mahayana di Tiongkok dan di Jepang. Mahayana pertama kali diperkenalkan ke Jepang lewat korea, ketika raja Kudara mengirimkan Kitab-kitab dan Arca-arca Budhis kepada Kaisar Jepang. Pada mulanya agama baru ini ditentang, akan tetapi lambat laun diterima sejak tahun 552 Masehi Budhisme telah masuk Jepang dari Korea dan Tiongkok. Ajaran-ajaran Budhisme dapat tersiar di Jepang dengan cepat setelah timbul anggapan bahwa dewa-dewa Budhisme dapat dipersamakan dengan dewa-dewa Shintoisme. Sebenarnya ada dua pendirian dalam Budhisme Jepang ini yaitu di satu  pihak ingin mencapai kelepasan dengan usaha sendiri. Pendirian inilah yang disebut Zen Budhisme.[1]

A.          Sejarah Buddhisme Zen

Zen di India
           Aliran Zen dianggap bermula dari Bodhidharma. Ia berasal dari India dan meninggalkan negaranya menuju ke Tiongkok, lalu berdiam di kanton pada tahun 520 M Bodhidarma itulah yang menjadi Imam pertama di Tiongkok. Aliran Zen asli kemudian diteruskan sampai ke generasi ke-6 Hui Neng. Setelah itu aliran Zen berpencar di Tiongkok, dan Jepang. Zen diklaim sebagai Transmisi Jiwa Ajaran Buddha yaitu transmisi yang paling penting dan merupakan jenis transmisi yang dimaksudkan adalah “transmisi khusus diluar kitab suci” pada syair. Meskipun hanya kitab suci yang disebutkan dalam syair tersebut, transmisi dimaksud mesti dimengerti berada diluar transmisi ordinasi dan doktriner juga. Menurut tradisi buddhis sang Buddha pernah suatu waktu duduk dikelilingi sekumpulan besar siswa-siswa-Nya. Beratus-ratus Bodhisattva dan Arahat, Bikshu-biksuni, serta Upasaka-upasika hadir bersama-sama dengan berbagai kelompok makhluk-makhluk surgawi. Semuanya diam, menunggu Sang Buddha bersabda. Tapi pada kesempatan ini, bukannya mengeluarkan kata-kata, ditengah keheningan Sang Bhagava hanya mengangkat sekuntum bunga berwarna emas… Hanya Mahakasyapaa, satu diantara siswa-siswa tertua yang termahsyur karena kesederhanaanya mengerti makna perbuatan Sang Buddha, dan ia tersenyum. Sang Buddha kemudian bersabda, “Aku yang memiliki Mata dari Dharma yang luar biasa, yakni Nirvana, Kesadaran, misteri realita dan non-realita, serta pintu gerbang kebenaran transenden. Aku sekarang menyerahkannya kepada Mahakasyapa.” Inilah yang dimaksud dengan transmisi. Mahakasyapa mentransmisikan jiwa Dharma kepada Ananda, yang telah menjadi siswa langsung Sang Buddha selama dua puluh tahun kehidupannya di dunia.Ananda meneruskannya kepada Sanakavasa, muridnya dan seterusnya. Dari mahakasyapa di abad ke-5 SM hingga kepada Bodhidharma di abad ke-6 M, transmisi ini dilanjutkan dalam satu garis guru-guru spiritual, sebagian kurang dikenal dan sebagian lagi merupakan nama-nama paling top dalam sejarah agama Buddha di India.[2]